Kita harus mengingat bahwa Tuhan tidak menjadi penyebab semua penderitaan kita.
Untuk mengilustrasikan kembali bagaimana manusia berkontribusi terhadap penderitaannya, pikirkan apa yang terjadi di Afrika. Dataran di utara dari benua tersebut satu kali merupakan daerah yang indah, subur dan area penuh pepohonan. Namun setelah beberapa abad manusia menebang semua pohon. Sebagai hasilnya, lapisan tanah atas mengalami erosi dan tidak ada lagi yang tersisa kecuali padang pasir. Tanpa selubung pepohonan sebagai perlindungan, temperatur di wilayah itu meningkat terus menerus. Orang bergerak lebih ke selatan, mencari tanah yang lebih subur. Sejalan perpindahan ke selatan, mereka melanjutkan memotong pohon dan konsekuensinya padang gurun bergerak ke selatan. Saat ini terdapat pepohonan dan setengah juta mil persegi padang gurun di utara Afrika. Di bagian utara Afrika dan banyak wilayah lainnya di muka bumi, manusia telah mengganggu keseimbangan ekologi alam. Sebagai hasilnya, kemiskinan dan kelaparan semakin memburuk dari hari ke hari.
India memiliki persoalan serupa. India pernah menjadi daratan yang paling subur di dunia. Namun orang India memeluk filosofi yang mengatakan bahwa tikus dan sapi adalah hewan suci. Sehingga sapi memakan hampir semua vegetasi yang ada, dan tikus melahap biji-bijian yang baik untuk manusia. Mendapat pengertian yang baru tentang alam, teknik agrikultur yang patut, program penghutanan dan pembersihan sungai, India dapat melanjutkan kembali sistem agrikulturnya.
Masalah tidak disebabkan oleh tindakan Tuhan, namun karena kebodohan manusia selama jangka waktu tahunan ini, mungkin selama berabad-abad. Dan masalah terus menerus tertutup dari generasi ke generasi.
Ada bentuk lain dari penderitaan yang manusia bawa pada dirinya. Sebagai contoh, penyakit seperti herpes kelamin, sypilis, gonorrhea dan AIDS, semua adalah hasil dari gaya hidup yang bertentangn dengan Firman Tuhan dan merusak hukum Tuhan. Tuhan tidak akan pernah mengirim herpes kelamin, semua adalah konsekuensi alami dari tindak imoral. Ketika hal itu menyebar, hal itu menjadi penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan mempengaruhi jutaan orang.
Mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi?. Ketika kita menanyakan hal ini, ini membawa kita kembali kepada pernyataan bahwa Tuhan telah menciptakan manusia sebagai pribadi yang merdeka - merdeka meski tujuannya telah merusakkan banyak ciptaan Tuhan. Tuhan telah mengirimkan banyak pengkotbah, nabi, dan orang suci lainnya untuk memperingatkan manusia agar mengganti jalan hidupnya, namun kebanyakan dari mereka tidak mendengarkan. . Mereka tidak mendengrakna perkataan para nabi sejak ribuan tahun yang lalu dan kebanyakan dari mereka tetap tidak manu mendengarkan hingga saat ini.
Adalah benar bahwa orang benar seringkali menderita, dan ini akan terus berlanjut selama kita hidup di dunia yang penuh kejahatan. Jika seseorang berbicara melawan kejahatan, dia akan terlibat dalam perjuangan, dan bahwa perjuangan ini mungkin menghasilkan sakit dan penderitaan. Yesus mengatakan dalam Yohanes 15:20 : "Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu"
Yesus Kristus adalah pribadi sempurna yang pernah hidup dan manusia justru membunuhNya. Mengapa?, karena Yesus datang untuk berhubungan dengan setan dan mencoba melakukan sesuatu untuk itu. Yohanes Pembaptis dipenggal sebab dia mengatakan bahwa manusia telah merusak hukum Tuhan (Markus 6:25-28). Menjadi kebenaran sepanjang masa bahwa mereka yang menjadi utusan Tuhan seringkali dilukai oleh manusia yang justru ia coba peringatkan. Jenis penderitaan ini pada hakekatnya tidak terhindarkan selama kita tinggal di dunia jahat yang penuh tahayul, kebencian dan penolakan.
Penderitaan, jika kita membiarkannya, akan menjadi jalan untuk memurnikan kita. Banyak orang mengalami penderitaan dengan tujuan untuk mengembalikan dirinya pada Tuhan. Sampai semua hal materiil yang mereka miliki terlepas dari hidup mereka, dan seringkali kesehatan mereka terambil, mereka tidak akan punya hasrat terhadap hal-hal yang spiritual.
Mereka yang menderita mungkin dicobai untuk berpaling dari Tuhan. Mereka seharusnya tidak pernah mengijinkan hal ini terjadi. Malahan mereka seharusnya menyembah Tuhan dan akan diberkati dan mendapat keberuntungan, meski ditengah-tengah penderitaan mereka. Mereka yang terluka harus mengingat bahwa Tuhan tidak inginkan seorangpun mengalami penderitaan.
Mereka harus mengingat bahwa Tuhan juga melakukan intervensi bagi siapa saja yang tekun mencari dia. Ribuan orang manusia dapat bersaksi bahwa Tuhan campur tangan untuk mengganti sakit dan penderitaan, namun hal ini tergantung kedekatan dan keintiman kita dengan Tuhan. Tidakkah seharusnya kita menerima segala sesuatunya dan bersyukur untuk apapun yang terjdi dalam kehidupan kita - baik ataupun buruk?.
Tuhan menjawab pertanyaan, khususnya dalam Alkitab melalui Roma 8:28 : "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."
Adalah penting untuk mengerti bahwa penerimaan sesuatu tidak sama dengan berhenti sampai disitu. Anda harus menerima penderitaan tanpa menjadi pahit dan anda dapat menerima hal itu tanpa menghentikan diri anda terhadap hal itu. Itu bukanlah "kumpulan kehidupan" untuk menderita. Mereka yang melalui penderitaan seharusnya tidak berhenti mencari sentuhan Tuhan dan bertanya padaNya untuk membuat mereka merdeka. Yesus mengatakan dalam Matius 7:7-8 : "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Kuncinya ialah tetap meminta, mencari dan mengetok.
Satu kalimat final tentang penderitaan. Ada banyak rasa sakit berhubungan ketika pertumbuhan mengambil tempat. Ketika orang berpindah pada level yang lebih tinggi dalam hal aktivitas intelektual, akan ada perjuangan yang akan mengambil tempat, dan dalam perjuangan itu akan ada sakit. Ketika manusia yang adalah atlet besar dipaksa melalui batas ketahanan untuk mendapat rekor baru, ada rasa sakit. Ada sakit ketika anda berlari satu atau dua mil dengan kecepatan penuh, ketika paru-parumu menghembuskan nafas dan tubuh ingin berhenti. Namun juga ada kesukaan yang menguasai ketika anda akhirnya mengalahkan hal itu dan masuk dalam dimensi yang baru.
Jenis sakit seperti ini tidak sama dengan penderitaan. Beberapa orang tidak menyadari perbedaan antara penderitaan yang diakibatkan perbuatan setan dan rasa sakit yang datang saat mencoba meraih pengalaman yang baru. Penderitaan serupa itu hanya menandai periode transisi dari satu level prestasi ke level prestasi yang lebih tinggi.
Semua penderitaan adalah sementara. Itu akan berlalu ketika Yesus sendiri akan kembali ke dunia ini. Wahyu 21:4 menulis : "Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."